Book Review

Kamis, 06 November 2014

The Infernal Devices Trilogy

“There are so many worse things than death.
Not to be loved or not to be able to love: that is worse.” 

 “His eyes went soft and silver as she spoke. “Zhe shi jie shang, wo shi zui ai ne de,” he whispered.
She understood it. In all the world, you are what I love the most.”

The Infernal Devices Trilogy adalah pre-quel dari The Mortal Instruments karangan Cassandra Clare. Selagi gw nunggu terbitnya last book of TMI - City of Heavenly Fire, gw pikir bolehlah gw baca pre-quelnya dan setelah gw beli Clockwork Angel dan Clockwork Prince, so far sih gw suka sama ceritanya. Masih tetap all about Shadowhunter, Rune, Warlock, Institut.. Nama-nama yang digunakan juga familiar banget, ya ini kan cerita nenek moyang sebelum TMI hehehe, ada Lightwood,, Herondale, Wayland dan juga Fairchild. Berikut penampakan dari Clockwork Angel dan Clockwork Prince.

TID ini menceritakan seorang gadis entah warlock or not, Theressa Gray yang mencari sang kakak, Nathaniel Gray. Namun ia malah diculik oleh saudari kegelapan (oke, nama mereka bener2 gelap, yaitu Mrs. Black and Mrs. Dark), sampai akhirnya Tessa diselamatkan oleh William Herondale dan dibawa ke Institut London. And then, Tessa berjumpa dengan James Carstairs yang tak lain adalah parabatai dari Will. Jem and Will, more than brother. Dan Tessa, jatuh cinta pada kedua pemuda tersebut. Will yang berambut hitam, a bit narsis kalo menurut gw, sesuka hati kalo ngomong dan Jem yang memiliki mata dan rambut keperakan (efek obat yin-fen yang ia konsumsi demi kelangsungan hidupnya), ramping serta lemah lembut. Nahhh, yang fantastis adalah Will and Jem juga jatuh cinta sama Tessa. Both of them ga bisa kalo ga ada Tessa, dan Tessa sendiri juga sadar kalo ia mencintai kedua pemuda tersebut. Okelah, itu sisi cinta segitiga yang menurut gw ga segitiga-segitiga amat karena Will mengalah demi Jem dan Tessa and next, Jem merestui Will dan Tessa. Maksud gw gak segitiga banget karena Will and Jem saling menjaga, tidak saling mencemburui. Mungkin karena mereka adalah parabatai?

“Jem touched the parabatai rune on his shoulder, through the thin material of his nightshirt. "I am not alone," he said. "Wherever we are, we are as one.”

“You fear for Jem,” Will said.
“Yes,” she said. “And I fear for you, too.”

“I am not dead yet, Will,” Jem said in a soft voice, thin but as strong as wire. “What did Magnus mean by asking you if I knew you were in love with Tessa?”

Dari segi cerita TID ini menarik, gak tertebak endingnya juga.. gw denger sih Tessa bakal muncul di masa kini dalam buku terakhir TMI - City of Heavenly Fire. Yahh, Tessa emang bisa hidup selamanya. Ia peranakan dari Pemburu Bayangan dan Iblis. Gw baru aja beli last book TID yaitu Clockwork Princess. Dan awalnya sih gw agak kecewa karena covernya berbeda dengan versi aslinya, 2 buku awalnya memiliki cover yang sama dengan versi inggrisnya. Dan gak ada emboss sama sekali di cover versi Indonesianya.

Original Vers
ID Vers




How about u? gw sih lebih suka cover aslinya ya daripada re-cover Indonesianya.
Sebenernya pengen review satu per satu novel ini, tapi belum sempet karena gw sibuk. So, menurut gw, buku ini recommended apalagi buat pecinta novel fiksi seperti gw hahaha. Tinggal nunggu last book TMI nih.